Siapa yang Serius Mau Jadi PNS?

Mungkin buat sebagian orang pekerjaan PNS itu ngga bermutu, arogan, kerjaannya keluyuran jam kerja, bisa kerja seenaknya, bisa pulang tenggo dan lain sebagainya. Pokoknya ada sebagian yang memandang sebelah mata. Tapi buat sebagian yang lain pekerjaan PNS adalah harapan, masa depan terjamin, ngga bakalan dipecat, banyak tunjangan, dan setelah pensiun masih juga digaji.

Bagi saya PNS adalah cita-cita.

Tahun 2012, saya masih bekerja di perusahaan swasta. Baru putus cinta dan mantan pacar saya agak sok tahu dan sok pintar. Dia selalu menyepelekan kemampuan saya. Malah setelah putus saya bilang saya mau daftar PNS lalu dia bilang, "... memang kamu bisa jadi PNS?". Di tahun 2012 saya tahu dia mendaftar CPNS tapi setahu saya juga dia gagal. Karena pada pertengahan tahun 2013 saya lihat dia masih bekerja di tempat biasa dia kerja. Mungkin sampai saat ini dia masih di sana. Sejak itu saya makin semangat mencari informasi tentang penerimaan CPNS. Tapi di tahun 2012 saya ketinggalan informasi. Semua penerimaan CPNS sudah ditutup dan mulai melakukan proses seleksi.

Tahun 2013, saya sering bolos kerja untuk membuat kartu kuning di kantor ketenagakerjaan untuk persyaratan penerimaan CPNS. Padahal pengumuman penerimaan CPNS belum ada. Tapi saya membuat di awal waktu untuk mencegah membludaknya para pembuat kartu kuning saat pengumuman penerimaan CPNS dibuka nanti. Setiap hari bahkan mungkin setiap waktu saya membuka internet kalau-kalau pengumuman penerimaan CPNS sudah dibuka. Oh iya saya juga membuat surat keterangan catatan kepolisian. Di sana saya bertemu dengan pembuat skck lain yang juga mau mendaftar CPNS. Malah kita saling membagi informasi tentang web atau surat kabar yang akan memuat pengumuman penerimaan CPNS. Tak lupa saya ke kampus untuk melegalisir fotokopi ijazah dan transkrip nilai.
Pengumuman penerimaan CPNS akhirnya dibuka. Saya mencari formasi yang sesuai dengan jurusan saya. Begitu ada jurusan saya langsung saya daftar secara online sampai saya mendapatkan nomor peserta yang harus ditempelkan di map yang berisi berkas seperti fotokopi ijazah dan transkrip nilai yang telah dilegalisir, fotokopi kartu kuning yang telah dilegalisir, dan skck yang telah dilegalisir. Map dimasukkan ke dalam amplop cokelat. Kemudian saya kirim ke panitia via pos. Setelah itu saya menunggu. Selama menunggu saya berdoa. Doanya, satu, supaya saya diloloskan seleksi administrasi. Dua, kalau saya lolos administrasi saya akan belajar sungguh-sungguh untuk tes selanjutnya. Tiga, pokoknya saya mau lolos karena ini yang saya inginkan, dan saya ingin membuat orang tua saya bangga punya anak PNS dan mantan pacar saya menyesal karena pernah menyepelekan saya.

Akhirnya saya lolos ke tahap selanjutnya, tes kemampuan dasar alias tes tertulis tapi pakai komputer alias CAT (Computer Assisted Test). Untuk belajar soal-soalnya, saya beli buku kumpulan soal yang ditulis oleh seorang PNS Kemendikbud yang katanya berkali-kali ikut tes CPNS sampai akhirnya lolos jadi PNS. Kalau soalnya tentang sejarah saya tanya dulu ke mbah google. Lalu dari satu soal sejarah tersebut saya rangkum tentang peristiwa tersebut. Untuk pembukaan dan isi UUD 45 saya baca tanpa dihafal karena saya paling ngga bisa menghafal dan menurut saya kalau sesuatu sering dibaca pasti akan ada yang nyangkut di otak. Kalau pancasila yah semua orang sudah pasti hafal. Tes tertulisnya barengan temen kuliah, jadi bisa berangkat barengan. Dan lagi ada temen sambil menunggu waktu ujian. Oh iya saya sudah mempraktikkan ini sejak kuliah, detik-detik sebelum tes jangan belajar atau membaca sesuatu yang ada hubungannya dengan yang akan diteskan. Dan saya berdoa, doanya, satu, supaya saya diloloskan tes tertulis. Dua, kalau saya lolos tes tertulis saya akan belajar sungguh-sungguh untuk tes selanjutnya. Tiga, pokoknya saya mau lolos karena ini yang saya inginkan, dan saya ingin membuat orang tua saya bangga punya anak PNS dan mantan pacar saya menyesal karena pernah menyepelekan saya.

Sejak tahun 2013, hasil tes tertulis dapat langsung dilihat setelah kita mengklik 'selesai' pada layar komputer. Dan setelah kita keluar ruangan tes, kita juga bisa lihat peringkat berdasarkan sesi tes kita. Di kementerian yang saya lamar peserta tesnya jurusannya sama per sesi, jadi tidak dipecah-pecah seperti kementerian lain. Makanya saya bisa tes bersama teman-teman kuliah saya. Tapi, karena sesi saya adalah sesi pamungkas atau sesi terakhir tes maka ada empat jurusan, analis kimia, teknik kimia, kimia terapan, dan teknik elektro dan berarti dengan formasi berbeda pula. Dan kalian tahu? Setelah dilihat peringkatnya saya ada di peringkat 3 di semua jurusan itu.
Dan saya pun menunggu kembali..

Peringkat 3 dengan perbandingan tiap jurusan itu 1:3 untuk dipanggil ke tahap wawancara. Formasi untuk jurusan analis kimia ada 2. Berarti nanti ada 6 orang yang dipanggil. Pede akan dipanggil, kan peringkat 3, hehe. Tapi saya tetap berdoa. Doanya, satu, supaya saya diloloskan tes wawancara. Dua, kalau saya lolos wawancara saya akan bekerja sungguh-sungguh dan menjalin kerjasama yang baik dengan rekan-rekan kerja. Tiga, pokoknya saya mau lolos karena ini yang saya inginkan, dan saya ingin membuat orang tua saya bangga punya anak PNS dan mantan pacar saya menyesal karena pernah menyepelekan saya. Akhirnya saya dipanggil untuk wawancara.

Saya mempersiapkan diri dengan merangkum apa yang saya pelajari selama kuliah. Jadi saya merangkum tentang instrumen untuk analisis unsur dan senyawa kimia, kimia bahan alam, dan seterusnya yang ada kimia-kimianya. Saya juga baca tentang wacana pembangunan PLTN di Indonesia. Malah saya baca gempa dan tsunami di Jepang yang menyebabkan meledaknya PLTN di sana. Walau saya ngga tahu apa yang nanti akan ditanyakan. Malah ketika hari wawancara tiba saya tidak ditanya sama sekali tentang kimia. Bahkan tentang nuklir-nukliran. Saya hanya ditanya tentang keluarga, pekerjaan sebelumnya, organisasi yang pernah diikuti, kemampuan mengoperasikan aplikasi komputer selain microsoft, dan ternyata kita juga harus tahu sekilas tentang unit kerja yang akan kita masuki nanti karena saya ditanya itu. Oh iya kalau ditanya organisasi yang pernah diikuti jangan bilang pernah ikut paskibra atau OSIS, itu jawaban standar. Apalagi kalau jawab Karang Taruna, jangan. Karena ngga akan ada yang percaya. Saya aja ngga tahu karang taruna di kampung saya masih ada atau ngga. Setelah wawancara saya pun menunggu lagi.

Saya merasa dari tes wawancara ke pengumuman final ini terasa lama. Doa saya sama setiap waktu, supaya saya lolos dan jadi PNS. Sampai saya bilang ke ibu saya,
"Bu, kalau nanti ngga lolos gimana yah?". Ibu saya menjawab, "Ya ngga apa-apa. Berarti bukan rejeki."
Jujur saja hanya itu keinginan saya. Jadi PNS. Saat itu ngga terbayang kalau ngga lolos. Sampai ada sesuatu yang mengubah doa saya.

Sepulang kerja, ibu cerita kepada saya.
"Dek, ibu tadi disuruh tanda tangan sama bu Atit."
"Tanda tangan apa, bu? Ya tinggal tanda tangan aja."
"Iya, tapi ibu lupa gimana caranya bikin tanda tangan ibu." Saya yang tadinya cuek-cuek langsung menatap serius ke ibu.

Ibu saya memang punya penyakit di kepala. Sejak tahun 1990 ibu ngerasa sakit di kepala. Bukan vertigo karena dikasih obat vertigo sakitnya ga hilang. Tekanan darah ibu pun normal, ga pernah tinggi. Kalau rendah sering karena ibu suka ngga nafsu makan kalau sakit kepalanya bertambah. Jadi sejak tahun 1990 ibu ga pernah ngerasain kepalanya ngga sakit. Selalu sakit hanya sakitnya sakit aja atau sakit banget sampai ga sadarkan diri. Dokter bilang hal ini dikarenakan ada sesuatu (yang bahkan dokter pun ngga tahu apa) yang nempel di permukaan otak ibu. Satu-satunya cara untuk tahu hanya dengan membedah kepala ibu. Walau sakit kepalanya ampun-ampunan, fisik ibu masih oke. Bisa duduk, berdiri, dan ngobrol. Kita ngga tahu setelah dibedah nanti apa yang akan terjadi. Apa ibu masih bisa sehat? Dokter bahkan ngga bisa prediksi. Ini masih sesuatu hal yang baru buat para dokter saraf dan bedah saraf.

Di lain hari, ibu mau masukin baju kotor ke mesin cuci. Saya lihat ibu hanya muter-muter kayak cari sesuatu di dapur. Saya tanya ibu lagi apa. Ibu agak kesal dan hampir mau nangis bilang kalau ibu mau masukin baju kotor ke mesin cuci tapi ibu bingung mesin cucinya dimana. Bagaimana ngga sedih sedari tadi ibu celingukan muter-muter cari mesin cuci padahal mesin cuci ada tepat di sebelahnya? Lalu ibu lempar baju kotor itu sembarangan karena dia juga sedih sama keadaannya.

Kalau saya diterima PNS otomatis saya akan meninggalkan ibu saya ke Jakarta karena saya ngga mungkin bolak-balik Bogor. Kalaupun bisa bolak-balik, waktu saya pasti habis di jalan. Kalau saya ngga lolos saya masih banyak waktu bersama ibu, menjaga ibu. Dari situ doa saya berubah. Kalau memang PNS bukan rejeki saya, berarti saya tetap di sini bersama ibu saya menjaga ibu saya. Tapi kalau saya lolos PNS saya mohon kesehatan untuk ibu saya. Doa itu saya ulang setiap waktu.

Beberapa minggu kemudian pengumuman final resmi direlease. Dan... saya lolos! Saya hanya tinggal melakukan pemberkasan akhir untuk syarat mendapatkan Nomor Induk Pegawai. Dan semakin hari kesehatan ibu semakin membaik. Sakit kepalanya masih tapi sudah ngga pernah linglung lagi. Ini jawaban dari Allah SWT, saya jadi PNS dan ibu sehat wal afiat. Masih harus tetap kontrol ke dokter tiap bulan.

Dan sekarang di sini saya. Di perkantoran LEMIGAS Badan Litbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sudah ada NIP. Sudah diklat prajabatan. Sedang menunggu untuk disumpah jabatan bulan April 2015.

Saya sempat takut untuk mengubah doa saya. Tapi saya berpikir lagi Allah hanya memberi yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Mau sampai gimanapun kita meminta tapi Allah merasa itu tidak kita butuhkan ya Allah ngga akan kasih. Intinya tetap prasangka baik kepada Allah dan ikhlas menerima yang terbaik dari Allah.

Terserah orang lain mau berkata apa tentang pekerjaan PNS. Niat saya jadi PNS hanya untuk bekerja tanpa cari muka. Saya suka sedih kalau ada yang ditanya kenapa ikut tes PNS jawabnya iseng-iseng aja, tapi dia lolos. Sedangkan saya? Saya ngga iseng ikutan tes. Saya bersungguh-sungguh ikut tes. Sampai saya kira kalau saya ngga lolos PNS mungkin saya jadi stres. Ini benar-benar mimpi dan cita-cita saya. Orang yang iseng-iseng itu yang membuat image PNS jadi jelek karena kerjanya pun iseng-iseng.

Sudahlah siapa yang serius mau jadi PNS?

Komentar

Postingan Populer